Kru seumangat geutanyo ban mandum

Menyoe ka troeh neu jak keuno, bek male-male bak neu rawon. sabeb aleh pat seubab nyang peugot droeneuh perele keu aso blog nyo bek lale neu cok laju. Hai enteuk nyoe dron teubit bek tuwo peutinggai pesan.semoga blog nyoe bermanfaat....

Jangan malu-malu,,anggap jo blog kito basamo...

mene lot kirono yang perlu aku mengkot ko bo blog ino, ulang lupo saran tading ko janah..

bak malangkah acok nan tasanduang, saupo patuah di urang tuo kampuang mano gadiang nan tak ratak mano manusio nan tak panah salah dan silap, jadi kalau ado isi blog nan tak seronok, atau nan tak lamak dibaco, mohon lapehkan maaf kek ambo..
wassalam,

Kamis, 31 Desember 2009

GRAMEEN BANK

GRAMEEN BANK ( BANK DESA )

Sistem ekonomi Kapitalisme yang menguasai dunia membuat masyarakat meragukan pemberantasan kemiskinan akan dapat dicapai. Hal tersebut wajar karena sistem kapitalisme hanya membuat orang-orang dan negara-negara kaya semakin kaya dan yang miskin semakin terpinggirkan.

Berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Muhammad Yunus dalam memberantas kemiskinan di Negaranya Bangladesh. Aksi ekonomi paling revolusioner yang dilakukannya mendapat pengakuan dunia, dengan menyingkirkan Presiden SBY dalam meraih Nobel Perdamaian 2006 atas kesuksesannya dalam memberantas kemiskinan di Bangladesh lewat program kredit mikro.

Pada tahun 1976 Muhammad Yunus mentransformasikan lembaga kreditnya menjadi Bank Formal dengan aturan khusus bernama Grameen Bank (Bank Desa). Program ekonomi ini telah mendorong 42 persen peminjam ke atas garis kemiskinan. Menurut laporan Bank Dunia tahun 2005 menyatakan, Bagladesh telah membuat kemajuan yang mengesankan dalam pengembangan manusia dengan berfokus pada tingkat melek huruf yang bertambah, memperoleh kesetaraan gender dalam sekolah dan mengurangi pertumbuhan penduduk.
Grameen Bank terlahir dari rasa keputus-asaan Yunus atas teori ekonomi yang muluk-muluk tetapi tidak menyentuh kemiskinan, dan atas keengganan lembaga keungan formal terutama perbankan untuk memberikan kredit bagi kelompok miskin yang dinilai tidak potensial untuk menjadi nasabah Bank. Dari hasil pengamatannya selama tahun 1975 s/d 1976 Yunus menyimpulkan bahwa kemiskinan bukan karena mereka malas dan bodoh, tetapi karena masalah mendasar dalam system (kemiskinan structural), yaitu mereka tidak memiliki modal, sedangkan untuk meminjam kepada lembaga perkreditan formal mereka terbentur pada masalah agunan. Pada waktu pengamatan berikutnya Yunus mengetahui bahwa ada jaminan yang lebih berharga dari anggunan dalam kehidupan kelompok miskin yaitu Social capital. Selain itu ia berkeyakinan bahwa kelompok miskin mempunyai kemampuan terpendam untuk mempertahankan hidup dan ini telah dibuktikan dengan eksistensi mereka dari generasi ke generasi.
Dari keyakinannya ini Yunus betekat untuk membangun Bank yang mau memberikan modal bagi kelompok miskin, dimulai dengan proyek percobaaan kredit mikro, yang berhasil mengangkat 500 orang anggotanya untuk melewati garis kemiskinan. Keberhasilan proyeknya memberanikan Yunus melobi Bank Central Bangladesh. Pada tahun 1979 Bank central menyanggupi untuk memberikan pinjaman modal awal bagi Bank yang akan dibangunnya yaitu Grameen Bank.
Dalam perkembangannya grammenBank mendapat tambahan modal baik berupa pinjaman maupun Hibah dari berbagai pihak seperti Bank dunia, USAID, IFAD dan bank-bank swasta. Sampai dengan akhir tahun 2005 Gramen Bank telah mempunyai cabang sebanyak 1175 di 41.000 desa, dengan total anggota lebih dari 2 juta orang. Demikian juga dana yang telah disalurkan selama 24 tahun secara kumulatif mencapai lebih kurang US $ 2 Miliar , atau lebih kurang 84 Juta US $ per tahun. Jumlah modal yang dimiliki Grament Bank juga berkembang menjadi US $ 163,2 juta, dimana 92 % nya adalah milik anggota.
Yang menarik untuk dicermati yaitu yang menjadi sasaran utama keanggotaan Grameen Bank adalah kaum wanita dan sampai dengan tahun 2005 dari jumlah anggota Garameen Bank di Bangladesh telah berkembang menjadi lebih dari 2 juta orang, dari jumlah ini 94 % nya adalah wanita. Pilihan wanita untuk menjadi anggota Grameen Bank didasarkan pada pemikiran bahwa tanggung jawab wanita terhadap keluarga lebih besar dan wanita akan membelanjakan uangnya hanya untuk kepentingan keluarga. Oleh karena sasarannya ini maka Grameen Bank pada awalnya mendapat tantangan dari banyak pihak, karena dinilai bertentangan dengan budaya setempat, seperti para wanita mengadakan pertemuan/rapat mingguan dan memanggil nama wanita dengan namanya sendiri dan bukan nama suaminya atau nama keluarganya.
Pola perkreditan Grameen Bank meninggalkan semua prinsip-prinsip Bank Komersial. Grameen Bank tidak mengenal keuntungan. Transaksi dibuat sesederhana mungkin. Penetapan bunga sebesar 20 % per tahun didasarkan pada pertimbangan keperluan operasional Bank. Untuk pemupukan modal dalam pola GCS diberlakukan ketentuan simpanan wajib kelompok sebesar 5 % dari pinjaman anggota yang dipotong dimuka. Disamping simpanan kelompok, grameen Bank juga menambahkan 1 (Satu) Taka (mata uang Bangladesh) pada setiap kali pembayaran ciciran yang merupakan cicilan pembayaran saham anggota yang bernilai Tk 100 (100 Taka) per saham.
Disamping simpanan untuk pembelian saham, Grameen Bank juga mewajibkan anggota untuk membayar simpanan asuransi sebesar 1 % dari pinjaman yang diterima. Dengan adanya simpanan ini anggota yang mengalami musibah atau meninggal dunia tidak perlu melunasi hutangnya lagi karena sudah ditanggulangi oleh dana asuransi tersebut. Dalam pola GGS Simpanan kelompok dirubah menjadi simpanan pribadi, yang besarnya ttap 5 % dari pinjaman. Bagi peminjam yang memiliki pinjaman lebih dari Tk 8.000 dikenakan dana pensiun yang besarnya Tk 50 (0,625 %) setiap bulannya. Selain itu peminjam juga dikenakan simpanan khusus yang besarnya 1 % persen dari pinjaman dan tidak boleh diambil sebelum 3 tahun pertama. Keberadaan Grameen Bank selama 30 tahun memang tidak serta merta membuat Bangladesh menjadi negara yang makmur. Namun terlihat jelas bahwa perkembangannya sungguh menggembirakan. Hingga Mei 2006 tercatat 6,67 Juta orang peminjam, 97 persennya adalah perempuan. Grameen Bank kini memiliki 2.247 Cabang. Memberikan pelayanan di 72.096 desa, dan mencakup lebih dari 86 persen dari total desa-desa yang ada di Bangladesh. Jumlah pegawainya sebanyak 18.795 orang.
Grameen Bank telah meminjamkan sekitar USD 3 Miliar. Total kredit yang telah dikucurkan sebesar 98,85 persen kembali, dan uniknya seluruh kredit yang dikucurkan dalam bentuk Non-Collateral Loan (pinjaman tanpa agunan). (Kompas, 18 Oktober 2006).

Bank tersebut mampu menyalurkan kredit Puluhan Juta Dollar AS per bulan kepada 6,6 Juta warga miskin yang menjadi peminjammnya. Dihitung dari sejak berdirinya Grameen Bank sudah mengucurkan 290,03 Miliar Taka (mata uang Bangladesh) atau setara 5,72 Miliar dolar AS. Grameen Bank juga setiap tahunnya mengantongi laba, kecuali pada tahun 1983, 1991, dan 1992.
Pengalaman Grameen Bank tentunya patut dicermati sebagai suatu metode dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Yunus dalam kunjungannya ke Indonesia menyarankan kepada Bapak Susilo Bambang Yudoyono untuk lebih membuka kesempatan bagi masyarakat miskin dan usaha kecil menengah di Indonesia agar lebih mudah mendapatkan kredit, artinya saatnyalah pemerintah mereplikasi keberhasilan program Grameen Bank dalam pengentasan kemiskinan di Bangladesh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar